Friday 17 October 2014

Perbedaan Antara Sekadar Jatuh Cinta dan Benar-Benar Mencintai Seseorang

Sekilas, tidak ada perbedaan yang kentara antara momen jatuh cinta dan mencintai seseorang. Padahal, kedua hal itu justru jauh dari kata ‘sama’. Manusia bisa jadi makhluk banal yang siap tergila-gila pada siapa saja. Namun, mereka juga bisa menjadi makhluk yang mencintai dengan setia, tanpa merasa perlu mencari selainnya.
Apakah kamu sedang jatuh cinta, atau sudah bisa benar-benar mencintai? Sebelum buru-buru melabeli rasamu, simak perbedaan keduanya di artikel ini, ya!

1. Jatuh Cinta Berarti Ingin Memiliki. Mencintai Membuatmu Merasa Tercukupi.

Ketika jatuh cinta dengan seseorang, kamu akan merasa bahwa dialah yang terbaik. Kamu melihat kesempurnaan di wajahnya, lewat penampilan, cara berpikir, hingga caranya bertutur kata. Memuja hampir segala yang dia punya membuatmu cenderung buta. Di saat ini kamu akan menganggap bahwa bahagia berarti ketika bisa memilikinya.
-------
Namun, rasa cinta yang sesungguhnya bukan semata-mata hasrat ingin memiliki. Tanda bahwa kamu benar-benar mencintai adalah ketika kehadirannya jadi begitu penting dalam hidupmu. Bukan berarti hidupmu tidak bahagia tanpa dia, tapi keberadaannya di sampingmu yang menjadikan hidupmu sah dikatakan sempurna.

2. Jatuh Cinta Membuatmu Sering Meminta, Tapi Mencintai Berarti Banyak-Banyak Memberi

Jatuh cinta bisa membuatmu berubah menjadi egois. Kamu berharap dibalas sepadan, minta diperhatikan, hingga menuntut untuk selalu dimengerti. Jika jatuh cinta berarti menjadikan kekasihmu bagai budak yang wajib membahagiakanmu, bukankah cintamu berarti kesialan baginya?
-------
Cinta justru harus banyak-banyak memberi. Ketika benar-benar mencintai, kamu akan merasa bahwa dia layak mendapatkan dirimu seutuhnya. Rasa cinta, kasih sayang, dan perhatian tidak pernah ragu-ragu kamu berikan. Rela belajar masak demi membuatkan bekal makan untuknya, peduli dengan kebersihan kamarnya, hingga perkara cukup rapikah baju yang hari ini dia kenakan. Cinta dengan hebatnya menjadikanmu ikhlas.

3. Emosi yang Meledak-Ledak Itu Berbeda Dari Hati yang Selalu Bisa Diredam

Jatuh cinta membuat emosimu cenderung fluktuatif. Rencana kencan di Sabtu malam bisa membuatmu senyum-senyum bahagia sepanjang hari. Tapi, sebentar saja dia terlambat menjemput sudah membuatmu uring-uringan. Bahkan saat perbedaan pendapat akhirnya membuat kalian mencicipi momen pertengkaran, kamu akan terpancing merasakan kekecewaan hebat.
-----
Saat bisa mencintai dalam-dalam, kamu tidak lagi melewati drama-drama dalam hubunganmu. Selain bisa menjalani hubungan yang dewasa, emosimu cenderung lebih stabil. Melewati satu hari tanpa kabar darinya tidak lagi membuatmu gundah. Terpisah jarak lantaran urusan pekerjaan pun bukan lagi masalah. Satu-satunya yang bisa membuatmu tenang adalah ketika dia mendapatkan yang terbaik – yang membuatnya bahagia.

4. Ketika Kamu Tidak Pernah dengan Sengaja Mengingatnya Setiap Saat

Banyak yang beranggapan bahwa jatuh cinta jauh lebih mudah dan lebih sederhana daripada mencintai seseorang. Dia yang sukses membuatmu jatuh cinta terus berputar-putar di kepalamu. Tidak sedetik pun kamu lewatkan tanpa mengingat kenangan-kenangan saat bersamanya. Tunggu! Sekedar mengingatnya bukan berarti kamu benar-benar peduli padanya, lho!
-----
Saat benar-benar mencintai pasanganmu, kamu justru tidak butuh setiap saat untuk memikirkannya. Tanpa perlu diperintah atau dirangsang, alam bawah sadarmu yang menempatkan dia dalam ingatan. Saat makan siang, sepiring nasi putih dan ayam goreng membuatmu mengingatnya yang menggemari makanan itu. Ketika melihat jam tangan yang terlihat cocok dia kenakan, kamu tidak ragu untuk membeli dan menyimpankan untuknya. Pikirmu: “nanti akan kuberikan jika jam tangan miliknya rusak”.

5. Bersamanya Tidak Membuatmu Mabuk, Tanpa Dia Pun Kamu Akan Baik-Baik Saja

Jatuh cinta membuatmu ingin selalu menghabiskan waktu untuk bersama pasanganmu. Berangkat ke kampus, makan siang bersama, pulang kuliah, jalan-jalan; banyak hal yang tidak ingin dilewatkan begitu saja tanpa kehadirannya. Setiap hari, kamu ingin bisa lebih dekat dengan pasanganmu. Berharap hubungan yang terjalin di antara kalian akan semakin akrab dan intim.
-------
Tapi porsi cinta kalian tidak akan selalu sama. Ada kalanya hubungan jadi begitu hangat. Tapi rasa jenuh bisa juga memaksa kalian sedikit berjarak. Naik turunnya kadar cinta kalian tidak perlu dipersoalkan. Ketika bisa benar-benar mencintai pasangan, kamu justru akan menjalani hubungan yang lebih santai dan minim rasa tidak aman. Cinta yang kuat di dalam hati bisa meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja.

6. Berbeda dengan Cinta yang Sebenarnya, Jatuh Cinta Itu Perkara Sepele

Kadang, cinta sekedar layaknya kreasi pikiran dan perasaan manusia. Ketika diinginkan dan diizinkan, kamu bisa jatuh cinta dengan teman baru atau orang asing yang kamu temui di bus kota saat berangkat ke kantor. Tapi, momen jatuh cinta yang sesaat dan tiba-tiba belum bisa menjanjikan apa-apa. Cinta itu bisa saja semakin kuat, pun sekejap hilang berganti cinta yang lain.
-------
Cinta yang sungguh-sungguh biasanya sudah melewati berbagai ujian. Kamu dan pasanganmu mungkin sudah menjalin hubungan selama beberapa tahun. Melewati momen bahagia, sedih, hingga perasaan kecewa lantaran kepercayaan yang pernah dikhianati. Namun, cinta yang kuat menjadikan kalian bisa bertahan — bukan memilih menyerah lalu mencari cinta yang lain.

7. Ketika Benar-Benar Mencintai Pasanganmu Berarti Kamu Sukses Mencintai Dirimu Sendiri

Cinta yang sejati atau sungguh-sungguh tidak akan mudah hilang dan berganti. Selamanya, cinta itu akan tinggal dalam hati dan dirimu, sekalipun si pembawa cinta sudah tidak bersamamu lagi.
Bisa benar-benar mencintai seseorang membuatmu selalu ingin bercermin. Dia yang tinggal dalam hati bisa menjadikanmu pribadi yang baru. Segala yang kamu cintai atas dirinya berhasil mempengaruhimu. Di saat inilah, kamu menikmati cinta yang sesungguhnya: cinta yang damai, menghangatkan, dan membuatmu berkembang.

 Yup, hendak sekedar jatuh cinta atau mencerapi cinta dalam-dalam adalah hak setiap orang. Yang pasti, keduanya tidak lantas boleh melemahkanmu. Seharusnya cinta bisa membuat hidupmu lebih bahagia, ‘kan?
Tujuan dari cinta adalah membahagiakanmu,
Jika lebih banyak pedihnya dari pada gembiranya, pasti itu bukan cinta.


#Gadis#Renti Susanti
#Jakarta 2014


Monday 13 October 2014

Sebelum Kamu Tak Lagi Punya Waktu, Katakanlah Hal-Hal Ini Pada Ayahmu

Sosok ayah menjadi salah satu sosok terpenting dalam hidup kita sebagai manusia. Beliau adalah kepala keluarga, yang punya andil besar dalam proses pembentukan anak dan istrinya. Namun tidak jarang, kita sebagai anak kerap merasa terbatasi untuk bisa menyampaikan perasaan yang paling jujur padanya.
Barulah saat waktu dan kesempatan tak lagi ada, orang menyesal karena belum mengungkapkan rasa terdalam pada pria yang jasanya terkira di hidup kita. Tentu kamu tak mau jadi orang yang menyesal ‘kan? Maka sebelum semua terlambat, cobalah katakan hal-hal ini pada ayahmu.

1. “Bagaimana pekerjaanmu, Pak? Beratkah? Membuatmu pusingkah”




Kita pulang ya, nak. 
Pertanyaan yang sederhana tapi penuh makna. Namun, seringkali kita sebagai anak lupa menanyakannya. Setiap kali ayah pulang dari tempat kerja kita sering terlalu sibuk untuk sekedar menanyakan kabarnya. Memilih fokus pada ponsel, serial TV, bahkan tak jarang pura-pura tidur agar tidak ditanya-tanya.
Pernahkah kamu berpikir, bahwa dia juga manusia biasa yang juga perlu ditanya bagaimana kabarnya? Sebelum terlambat, cobalah tanyakan bagaimana pekerjaannya dan hari-harinya. Buktikan kamu peduli dengan segala apa yang ia kerjakan.

2. “Sesungguhnya, kenapa kita sering beradu argumen ya, Pak?”


sekeras apapun ayahmu, dia bermaskud melindungimu
Sebagai dua orang beda pemikiran yang tinggal serumah, pertengkaran memang sering tak terhindarkan. Tidak jarang adu argumen antara ayah dan anak menuju ke arah yang keras. Di satu sisi kamu hanya ingin didengar, di sisi lain ayahmu ingin agar ia bisa bertindak tegas. Rasa kesal, sebal, merasa ayah egois hingga pernyataan macam, “Bapak nggak sayang aku!”  jadi biasa dilontarkan.
Kenapa tidak mulai sekarang kamu menanyakan penyebab perselisihan yang kerap kamu alami dengan ayah? Tanyakan bagaimana perasaannya saat berselisih paham denganmu, apa yang sesungguhnya ada di benaknya setiap kamu menyuarakan keberatanmu.

3. “Maukah Bapak menceritakan sejarah keluarga kita? Aku mau tahu.”

Silsilah keluarga kita seperti apa, yah?
Pernahkah kamu bertanya tentang sejarah keluargamu pada ayah?  Bagaimana silsilahmu seutuhnya? Menceritakan silsilah keluarga pada anaknya adalah kebanggaan bagi seorang ayah. Seolah ia adalah pintu yang membukakan wawasanmu tentang nama besar dan seluk beluk keluarga yang mengalir dalam darah di tubuhmu.
Kalau kamu masih belum tahu tentang silsilah keluargamu, segera tanyakan ayahmu, dengan senang hati dia akan menjelaskannya padamu. Ayahmu pasti juga ingin menceritakan tentang sejarah keluargamu dan nantinya kamu akan meneruskan cerita itu ke anak-cucumu. Akan beda rasanya jika yang menjelaskan silsilah keluarga adalah pamanmu, bukan ayahmu — yang sudah berpulang lebih dulu.

4. “Aku bangga jadi anak Bapak!”

Aku bangga jadi anak ayah!
Orang tua tidak segan mengatakan mereka bangga punya anak seperti kamu. Apalagi jika kamu bisa memberikan suatu prestasi besar yang membuat mereka senang dan bahagia.
“Wah, Pak Budi pasti bangga ya punya anak si Yogie. Hebat loh anaknya, pak!”
Ayahmu pasti tersenyum bangga jika orang lain memujimu. Namun, pernahkah kamu mengutarakan langsung kebanggaanmu pada sosok ayahmu? Dia mungkin tidak mempunyai prestasi besar dan tidak dikenal banyak orang, tapi dia menjadi sosok terpenting yang membimbingmu sedari kecil hingga kamu beranjak dewasa.
Jangan pernah malu untuk mengatakan ke ayahmu: “Pak, aku bangga jadi anaknya bapak!”

5. “Terima kasih sudah mengantarkanku melewati sekian banyak jenjang hidup, Pak” 



melihatmu menuju pelaminan, salah satu impiannya
Ayahmu adalah orang hebat yang sesungguhnya berusaha kuat menyokong semua usaha yang kamu lakukan. Di bali segala pencapaianmu, ada usaha dan keringatnya yang tak pernah ragu ia curahkan demi kesuksesan anak tersayangnya. Ia adalah orang yang paling bangga mengantarmu wisuda, dadanya sesak sata melihatmu masuk kerja untuk pertama kalinya, ia pula yang paling sedih dan bahagia ketika kamu menikahi atau dinikahi anak orang dan tak lagi jadi anak kecilnya.
Pernahkah kamu mengucapkan terima kasih atas segala perjuangannya itu?

6. “Maafkan anakmu ini ya, Pak.”

Maafkan anakmu ya, Pak
Ada saja kelakuan kita yang membuat ayah geleng-geleng kepala. Karena kecerobohan anaknya, dialah yang harus menghadapi semuanya. Bertemu polisi karena anaknya kena razia, menghadap kepala sekolah karena anaknya bolos sekolah, dan masih ada kelakuan lain yang membuat dia harus sibuk mengurus kita.
Dia dengan sigap keluar dari kantor saat kamu menelepon butuh bantuan. Dia rela berputar arah demi menjemputmu yang tak berani pulang sendiri. Namun, pernahkah kita, sebagai anak, meminta maaf atas segala perlakuan kita yang merepotkan dan tak jarang menyakiti hatinya?
Kalau kamu belum meminta maaf pada ayahmu, segera katakan semuanya sebelum terlambat. Kita tidak pernah tahu berapa lama bisa dapat kesempatan untuk bersama dengannya ‘kan?

7. “Aku pun memaafkanmu, Pak.”

Aku memaafkanmu, yah!
Ayahmu juga seorang manusia yang membuat kesalahan dalam hidupnya. Beliau bukanlah malaikat yang harus tampil sempurna. Mungkin saja dia pernah berbuat kesalahan yang membuatmu marah dan kesal. Namun, ingatlah: kamu dan ayahmu adalah satu darah. Tidak ada kata ‘mantan’ diantara kalian. Semarah apapun kamu dengan ayahmu, maafkan dia.
Jangan segan untuk mengutarakan perasaanmu: “Pak, aku maafin kesalahan bapak.” Kamu tak mengerti betapa leganya perasaan ayahmu saat mendengar anak kesayangannya ikhlas memaafkan segala alpanya.
Jangan tunggu sampai ayahmu terbaring di rumah sakit dengan segala selang yang menempel di tubuhnya, ia memohon maaf dari anaknya. Itu akan menjadi penyesalan terbesarmu sebagai anak. Selagi ayahmu sehat, katakanlah!

8. “Untuk segala upaya dan pengorbanan yang kamu lakukan dalam diam, terima kasih Pak”


terimakasih sudah melindungiku, ayah!
Seringkali kita mengucapkan terimakasih pada orang lain, tapi seringkah kamu mengucapkan ‘terimakasih’ pada ayahmu?
“Dek, papa sudah kirim ya uangnya.”
“Oke pa. Nanti adek cek ya. Udah dulu ya pa, mau kuliah lagi.”
Perbincangan sederhana yang sering kita alami di awal bulan. Ayah yang mengirimkan uang bulanan untuk anaknya dan seringkali kita lupa mengucapkan ‘terimakasih’ untuk itu. Padahal, banyak hal yang harus kita syukuri dan kita harus mengucapkan terimakasih kepada ayah kita.
“Terimakasih sudah mengajarkanku berdoa,pak.”
“Terimakasih sudah menungguku pulang hingga larut malam, pak.”
“Terimakasih sudah kirimin uang bulanan ya, yah.”
‘Terimakasih atas semuanya, pak!”
terimakasih sudah mengajarku berdoa, yah.
Terima kasih telah berjuang untukku. Dalam diammu, dalam doamu, dalam kerja keras yang terus kau lakukan sepanjang waktu. Maafkan aku sering lupa menyadarinya.

9. “Meski jarang diungkapkan lewat kata-kata, Bapak perlu tahu kalau aku selalu cinta”

Aku tetap cinta, Pak
Kapan terakhir kalinya kamu mengungkapkan rasa sayang terhadap ayahmu? Kalau belum, katakan sekarang juga. Sebelum semua terlambat, katakanlah. Jangan malu untuk mengungkapkan betapa sayangnya dirimu pada sosok ayah yang kamu cintai itu. Kamu tidak akan tahu kapan ayahmu akan pergi meninggalkanmu, dan sebelum itu terjadi, katakanlah sejujurnya.
Akan berat dan sangat berbeda rasanya mengungkapkan rasa sayang itu saat kamu harus mengantarkan ayahmu menuju tempat peristirahata terakhirnya. Hanya ada rasa sesal kenapa saat kamu menjaganya di rumah sakit atau obrolan terakhirmu via ponsel, kamu tidak mengucapkannya.Yang terngiang hanyalah pesan terakhir ayahmu: “Jangan manja lagi ya, nak.”
Jika memang Tuhan berkehendak lain, katakan rasa sayang itu dalam doa. Pasti ayah mendengarmu. Dimana pun ia berada, ayahmu akan tetap menyayangimu. Kamu akan tetap menjadi anak kebanggaannya.

Berbahagialah kamu yang saat ini masih mempunyai sosok ayah yang mendampingimu. Segera katakan padanya apa yang kamu rasakan, dia pasti sangat bahagia mendengar apa yang kamu ucapkan.
Dimana pun ayahmu berada, yakinlah bahwa ayahmu selalu berdoa dan mengawasimu. Jika dia sudah tidak lagi bersama denganmu, ingatlah bahwa kamu masih bisa mengirimkan doa untuknya. Walau raganya sudah tidak ada,  jiwanya tetap ada bersama denganmu, darah dagingnya.
Hey dad, I love you!

# http://www.hipwee.com

#Gadis#Renti Susanti
#Jakarta 2014

Wednesday 8 October 2014

Kadang, Gagal Adalah Bagian Terbaik Dalam Hidupmu !

Kehidupan akan selalu menawarkan dua pilihan – berhasil atau gagal. Namun, tidak seorangpun berhak memesan keduanya. Ada saat dimana kita dibuai keberhasilan, pun dipaksa menyerah pada kegagalan. Tapi, bukankah kita lebih sering mengutuki kegagalan? Kita tidak sadar bahwa kegagalanlah yang justru bisa mengubah kita menjadi pribadi yang lebih bijak.
Cerita kegagalan atau kesalahan di masa lalu tidak melulu harus dikubur atau disimpan rapat-rapat. Ketika bisa menerimanya sambil terus melanjutkan hidup, kita justru punya kesempatan untuk selalu menengok ke belakang dan menemukan pencerahan. Jadi, sudahkan kamu merasa beruntung dengan kegagalan-kegagalan dalam artikel ini?
1. Gagal Saat Muda (Bukan) Berarti Kehilangan Masa Depan

 

Penyesalan bisa jadi kamu rasakan ketika mengingat masa mudamu dulu. Betapa banyak kealpaan yang kamu buat lantaran belum bisa berpikir dan bersikap dewasa. Terancam di keluarkan dari sekolah karena sering membolos, pernah terlibat tawuran, bersinggungan dengan alkohol bahkan obat-obatan terlarang; banyak hal-hal negatif yang menjadikan masa mudamu sah dikategorikan gagal.
Tapi, apakah catatan kegagalan di masa lalu sudah pasti mencederai masa depanmu? Tentu tidak. Ketika bisa menjauh dari kebiasaan-kebiasaan negatif di masa lalu, kamu justru akan terus menjadikannya sebagai pengingat. Bahwa untuk menjadi orang yang lebih baik, haram bagimu untuk kembali terjerumus di lubang-lubang hitam itu lagi. Memperbaiki diri demi masa depan yang lebih cerah adalah hak sekaligus kewajibanmu saat ini.
2. Saat Kamu Menganggap Masalah Sengaja Datang untuk Mempersulit Hidupmu, Sebenarnya Ia Hanya Sedang Membentukmu Jadi Lebih Kuat


Hidup tidak pernah luput dari masalah. Hampir setiap hari kamu harus rela diuji dan ditempa dengan berbagai problematika yang menghampirimu. Ketika tubuhmu sedang tidak fit, pekerjaan di kantor justru tengah banyak-banyaknya dan menuntut waktu lembur. Di saat bersamaan, bos pun menegurmu lantaran menganggap kinerjamu yang kurang memuaskan.
Namun, banyaknya masalah yang harus dihadapi tidak mengijinkanmu untuk tumbang. Kondisi seperti ini malah menyadarkanmu untuk pintar-pintar menjaga kesehatan sekaligus mengatur ritme kerja dan waktu istirahat. Kamu paham bahwa kebiasaan melalaikan kesehatan adalah akar dari semua masalah yang kamu hadapi. Kamu bukan robot yang bisa bekerja 24 jam selama 7 hari tanpa makan atau tidur. Demi bisa tetap bekerja dengan produktif, kamu hanya perlu memperhatikan tubuhmu sendiri.
3. Patah Hati yang Menjadikan Hidup Serasa Selesai Datang Sepaket Dengan Kesempatan Baru Untuk Menemukan Cinta Sejati
Tidak ada kata ‘pasti’ dalam kamus hubungan percintaan. Perasaan bisa jadi salah satu hal yang paling fluktuatif di dunia ini. Pasangan yang dahulu memujamu ternyata bisa berubah. Setelah 3 tahun menjalin hubungan, dia kehabisan hasrat untuk mencintaimu. Memilih untuk memutuskan ikatan dan menjalani hidupnya tanpa kamu. Sementara, kamu yang masih mencintainya dalam-dalam hanya bisa merasakan perihnya patah hati.
Dunia tidak berhenti berputar setelah kata ‘putus’ terlontar dari mulut kekasihmu. Putus cinta bukan berarti hidupmu selesai dan berakhir dengan tanda titik. Momen ini justru meyakinkanmu bahwa sekalipun kamu sangat mencintainya, dia bukanlah jodoh yang ditakdirkan mendampingimu seumur hidup. Semesta sedang menguji kesabaranmu sekaligus memberimu kesempatan untuk menemukan cinta baru – cinta yang lebih sejati.
4. Pekerjaan Impian yang Tidak Mencukupimu Secara Finansial Tetap Bisa Memuaskan Passion-mu
Cita-citamu ingin jadi pengajar sekaligus pegawai negeri. Kamu bermimpi untuk mengabdi pada negara melalui jalur pendidikan. Sayangnya, gagal dalam seleksi CPNS memaksamu bertahan sebagai guru honorer. Gaji dan kesejahteraan yang minim membuatmu ragu untuk melanjutkan niat mengabdi sebagai pengajar. Mari sejenak pikirkan, haruskah realita mengubur cita-cita muliamu begitu saja?
Yang pasti, kesuksesan dalam hidup tidak melulu diukur dengan materi. Kamu mungkin belum sukses secara finansial, tapi jika merunut renjanamu, tentu kamu boleh dibilang berhasil. Sekalipun gagal dalam tes pertamamu, kamu masih punya kesempatan di tahun-tahun berikutnya. Setidaknya, kamu sudah berhasil menyalurkan passion-mu sebagai pengajar. Percayalah bahwa pekerjaan yang kamu jalani dengan bahagia akan mencukupkan hidupmu.
5. Teman yang Meninggalkanmu Akan Selalu Digantikan Oleh Ia yang Benar-Benar Layak Kamu Sebut “Teman”

Selayaknya, teman adalah dia yang siap mendampingimu dalam kondisi apapun – baik susah maupun senang. Ketika menyadari bahwa dia tidak sebaik yang kamu bayangkan, kamu pun memilih sendiri. Dia yang hadir saat pesta ulang tahun dan perayaan kelulusanmu, ternyata tidak menampakkan batang hidungnya saat kamu sakit dan menjalani proses bimbingan skripsi yang menjemukan.

Yup, menyadari bahwa tidak semua temanmu bersikap tulus adalah kenyataan pahit. Tapi, hal inilah yang menjadi pelajaran penting dalam hidup. Tidak mudah menemukan seseorang yang tulus dan mau berteman tanpa pamrih apapun. Pada akhirnya, kamu pun akan lebih menghargai dan berusaha menjaga teman-teman sejatimu baik-baik.
6. Sesekali Hilang Arah Adalah Jalan Tuhan Agar Kamu Bisa Kembali “Memegang” Hidup


Ibarat perjalanan, banyak halangan dan rintangan yang harus kamu lewati dalam hidup. Bahkan, ada kalanya kamu merasa hilang arah tanpa tau kemana harus melanjutkan langkahmu. Dulu, setelah lulus kuliah kamu sempat bingung memilih pekerjaan yang sesuai untukmu. Saking lamanya menimbang-nimbang, kamu justru enggan melamar pekerjaan dan berlarut-larut menjadi pengangguran.
Momen itulah yang akhirnya menyadarkanmu bahwa kamulah yang memegang kendali atas hidupmu. Kamu akan selamanya hilang arah ketika tidak punya cukup tekad untuk menemukan jalan keluar dari ketersesatanmu. Ketika dirimu sendiri tidak mampu memutuskan, masih ada teman dan keluarga yang akan membantu. Berbagi pengalaman dan memberikan saran adalah bukti keberadaan mereka yang selalu mendukungmu.
7. Kehilangan Pasangan dan Teman Membuka Matamu, Ternyata Hidup Tetap Layak Dijalani

Kehilangan pasangan dan teman pernah membuatmu merasa benar-benar kesepian. Merasa dikhianati, kamu pun mulai mempertanyakan kualitas dirimu sendiri. Pertanyaan seperti: “apakah aku tidak cukup baik?” atau “apakah keberadaanku berharga?” seringkali terlintas di kepalamu. Di saat seperti inilah kamu merasa benar-benar rapuh dan butuh ditolong.
Namun, keterpurukan justru mengajarkanmu tentang bagaimana menghargai diri sendiri. Dalam kondisi paling kronis, kamu justru mengalami sebuah titik balik. Muncul keyakinan dan kepercayaan diri bahwa kamu adalah pribadi yang unik dan berharga. Bukan salahmu ketika mereka memilih untuk meninggalkanmu. Setidaknya, kamu sudah berlaku layak sebagai pasangan atau teman. Di saat ini, kamu berhak merengkuh dirimu erat-erat – menghargai dirimu sendiri.
8. Ketika Hidupmu Jauh dari Harapan, Inilah Saatnya Membuktikan Bahwa Lebih Baik Kamu Tidak Menyerah!


Dalam hidup, banyak hal yang harus kamu terima dengan lapang, baik itu rasa sedih atau kecewa. Ingatan tentang pertengkaran dengan orang tuamu, momen ditolak dari perusahaan impian, gagal lulus kuliah tepat waktu, merasa ‘dibuang’ mantan kekasih; banyak hal yang berhasil menghancurkan hati dan perasaanmu hingga berkeping-keping.
Namun, semakin pahit kehidupan yang kamu cerapi, semakin banyak pelajaran berharga yang bisa kamu ambil. Dengan sangat keras, kamu ditempa untuk jadi pribadi yang dewasa dan sabar. Hidup telah mengajarkanmu keabsahan manusia sebagai makluk yang tidak sempurna; yang harus rela menerima kegagalan demi menjadikan mereka sempurna sebagai manusia.
Yup, kegagalan bukan hal yang bisa dibanggakan. Tapi, kegagalan mengajarkan kita tentang sebuah ‘penerimaan’. Mendidik kita untuk rajin-rajin melihat pada diri sendiri, bahwa manusia adalah yang tidak boleh berhenti belajar setiap harinya.
 # http://www.hipwee.com

#Gadis#Renti Susanti
#Jakarta 2014

Thursday 2 October 2014

Sisanya Biarlah Terisi Pasir

==================================
Cerita Hikmah...
===========================
Seorang Guru filsafat duduk di depan kelas 
dengan beberapa benda didepan mejanya.
Kali ini dia datang lebih awal dari siswa siswanya.
Saat semua siswa sudah masuk pelajaran pun dimulai,
tanpa banyak bicara ia mengambil sebuah toples kosong 
dan mulai mengisinya dengan batu sungai , hingga penuh.
Kemudian Ia bertanya kepada siswa 
apakah toples itu sudah penuh. 
Seluruh siswa mengiyakan karena memang toples itu 
sudah tampak terlihat penuh dengan bebatuan sungai.
Kemudian Ia mengambil beberapa genggam batu kerikil 
dan menuangkan isinya ke dalam toples. 
Dia mengguncang guncang toples dengan ringan. 
Kerikil – kerikil itu pun tentu saja banyak meluncur ke dasar toples
melalui celah celah diantara batu sungai tersebut

Kemudian Ia bertanya lagi kepada siswa 
apakah toples itu sudah penuh. Seluruh siswa mengiyakan, 
karena memang toples itu sudah tampak penuh dengan batu sungai dan kerikil.
dan yang terakhir sang Guru mengambil beberapa ganggam  pasir 
dan menuangkannya ke dalam toples. Dan hal serupa terjadi seperti batu kerikil tadi. 
Pasir pasir itu mulai mengisi daerah terbuka yang tersisa dari Toples. 
Meluncur kedasar melalui celah diantara batu sungai dan kerikil.

Dia kemudian bertanya sekali lagi apakah toples itu sudah penuh. 
Para siswa menjawab dengan suara bulat "Ya."
"Sekarang," kata sang Guru,
"Saya ingin Anda untuk mengetahui bahwa toples ini adalah mewakili kehidupan Kalian.
Batu-batu ini adalah hal-hal penting - keluarga Anda, 
pasangan Anda, kesehatan Anda, anak-anak Anda dan 
Kerikil adalah hal-hal lain yang juga penting 
namun lebih kecil dari yang pertama ini 
seperti Sahabat ,pekerjaan, rumah, dan Harta Kalian.
Dan yang terakhir Pasir , Pasir adalah segala sesuatu yang lain, 
yang berupa hal-hal kecil dan remeh temeh. "

"Jika Kalian menempatkan pasir telebih dahulu ke Toples," lanjutnya,
"tidak  akan ada ruang untuk kerikil atau batu-batu. 
Hal yang sama pun berlaku untuk hidup Anda.

Jika Anda hanya menghabiskan seluruh waktu Anda dan energi pada hal-hal kecil, 
Anda tidak akan pernah memiliki ruang untuk hal-hal yang penting bagi Anda. 
Perhatian akan  hal-hal yang penting untuk kebahagiaan Andapun akan terabaikan .
Bermain dengan anak-anak Anda. 
Bercengkrama dengan Istri Anda.
Silaturahmi dengan orang tua dan seluruh hal yang penting bagi hidup anda Akan sirna .

"Jagalah  batu pertama dengan baik Anak anak ku - hal-hal yang benar-benar penting  hendaknya tetap kalian jadikan prioritas utama dalam kehidupan kalian.
Sisanya biarlah hanya terisi pasir. "


#Gadis#Renti Susanti
#Jakarta 2014