Wednesday 27 December 2017

Ada luka yang tidak bisa disembuhkan oleh Waktu

Jika berbicara tentang luka, luka pada fisik akan mudah disembuhkan meskipun pasti selalu akan ada bekasnya, tak apa karena sudah tak terasa lagi sakitnya namun saat melihat bekas luka tersebut pikiran kita akan otomatis bekerja merekam detik demi detik kejadian yang menyebabkan fisik kita terluka. 
Berbeda dengan luka hati ada pepatah mengatakan "Waktu akan selalu berbaik hati untuk mengobati hati yang telah luka" itu mungkin tidak berlaku bagi beberapa orang yang telah mendapatkan luka batin yang mendalam juga luka kekerasan secara psikologis yang telah dilakukan oleh orang lain terutama orang-orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga. 
Luka dalam yang terjadi pada seseorang secara terus menerus akan menyebabkan trauma tersendiri dalam dirinya sehingga terprogram dalam pikiran dan hatinya, berbagai jenis penolakan hingga keinginan yang tidak mampu diwujudkan oleh pihak lain juga mempengaruhi luka itu sendiri yang pada akhirnya berimbas pada prilaku karena prilaku itu hadir dari pikiran dan hati hingga terrealisasikan menjadi gerak tubuh.

Itu sebabnya banyak orang-orang yang bermasalah dengan oranglain atau lingkunganya bukan karena mereka sepenuhnya bersalah tapi karena sebenarnya ia sendiri bermasalah dengan dirinya sendiri. Luka yang ada  akan sulit disembuhkan bahkan oleh waktu, perlu beberapa tahun mungkin berpuluh tahun untuk bisa memaafkan dan mengobati hatinya sendiri. Mereka sebenarnya memerlukan kita yang secara sadar telah menyadarinya bahwa ada yang keliru dalam dirinya untuk bisa membantu, namun sayangnya ia sendiri  tidak menyadari bahwa dirinya sedang membutuhkan oranglain.
yah begitulah memang melihat orang lain itu justru lebih mudah, dibandingkan melihat diri kita sendiri itu kenapa kita selalu memerlukan oranglain untuk bisa selalu membantu kita.

Setelah ini siapa yang akan disalahkan?
Pihak mana yang menjadi prioritas penyebab kenapa terjadi hal demikian?
Tidak, tidak lagi ada yang perlu disalahkan ini adalah pelajaran.Kita memang tidak bisa mengatur oranglain untuk berbuat apa terhadap kita, selain kita menjaga diri sendiri untuk tidak berbuat yang menyebabkan melukai oranglain baik secara fisik ataupun secara psikis antar keluarga, baik orangtua terhadap anak ataupun sebaliknya.

Dalam kehidupan ini kita selalu belajar ilmu ikhlas dan sabar untuk beberapa orang mungkin akan lebih mudah melaluinya tapi untuk beberpapa orang juga akan sulit menjalankannya. Kita tidak tahu ikhlas dan sabar itu seperti apa bentuknya, baunya bahkan bunyinya tapi kita selalu tahu dari mana semua itu berasal.  

“Jangan pernah mematahkan dan melukai hati seseorang karena mereka hanya punya satu. Patahkan saja tulangnya, mereka punya 206 dalam tubuhnya!” –Jay Von Monroe

Jakarta, 12 Desember 2017
Halim Perdana Kusuma, Renti Susanti.

Wednesday 27 September 2017

Kita tidak hidup untuk oranglain, but for myself.

Kita tidak hidup untuk oranglain, but for myself.
Kata - kata itu memang terdengar klise bahkan terdengar sangat egois bagi sebagian orang yang tidak punya pandangan. Pandanganpun tentu akan berbeda-beda tergantung bagaimana ia belajar, bagaimana pola pengasuhan orangtuanya, bagaimana ia hidup dan bagaimana perjalanan hidupnya dalam proses pendewasaan. Tentu, pandangan seorang guru akan berbeda dengan pandangan seorang dokter, pegawai swasta, pengangguran atau bahkan mereka yang sakit dan sudah tidak punya harapan hidup lagi. 
terserah kalian bagaimana memaknai tulisan saya. saya tidak akan memaksa kalian untuk setuju atau mengikuti cara pandang saya, karena sejatinya kita memang berbeda sekaligus kaya dengan cara pandang yang berbeda.
Kembali ke topik yang akan saya tulis hari ini, "Kita tidak hidup untuk oranglain, tapi untuk diri kita sendiri".
Saya banyak belajar dari mereka, dengan latarbelakang kehidupan yang berbeda, selalu kagum atau bahkan sesekali tidak setuju dengan cara pandangnya. Tetapi, hidup ini bukan untuk setuju atau tidak setuju karena dengan berbeda pandanganpun kita masih tetap menjalani hidup dengan baik, saling bergandengan tangan, saling membantu dalam kebaikan dan tetap saling mengasihi satu sama lain.

Jiwa yang sakit karena luka masalalu cenderung akan lebih sulit menghadapi beberapa situasi terlebih jika masih berinteraksi. Mungkin butuh beberapa tahun untuk bisa pulih supaya ia bisa menerima, tapi itupun tidak bisa menjamin seseorang akan sembuh dari luka masalalunya. Seperti paku yang ditancapkan pada papan, kita mungkin bisa mencabut paku itu tapi tidak akan bisa menghilangkan bekasnya. Begitulah manusia akan selalu meninggalkan noda untuk manusia yang lainya. 
Mungkin ini tampak sepele bahkan dengan pandangan yang merendahkan kita akan berfikir setidak pemaafkah orang itu, bahkan tuhan saja maha pemaaf. Semua orang sah-sah saja berpikiran demikian tapi ingat kita tidak pernah merasakan hidup oranglain, kita tidak tau bagaimana orang itu untuk tetap kuat dengan luka masalalu yang dalam, kita juga tidak tau apa saja yang sudah ia hadapi dalam menjalani hidupnya diluar usahanya untuk menyembuhkan luka masalalunya.

Bagi seorang anak orantua adalah tombak utama, sekaligus busur panah bagaimana ia melesat , sampai pada tumpu kah atau bahkan melenceng dari busur tergantung dari kekuatan tarikan yang diberikan. Luka masalalu pada keluarga jauh akan lebih dalam dan membekas dibandingkan dengan yang lainya. Hari ini aku berbincang banyak dengan orang itu, banyak pelajaran yang bisa direnungkan, bahkan jika aku ditempatkan pada posisinya belum tentu bisa menghadapinya.  Begitulah manusia tidak ada yang sempurna dengan segala keterbatasan yang ada.

Dengan segala luka yang ada, dan upaya untuk membahagiakan oranglain dan diri sendiri, kita butuh upaya yang besar untuk bisa melihat senyum bahagia orang-orang tercinta. Segala keputusan, cita-cita dan jalan yang akan diambil tentu memerlukan beberapa pertimbangan orang-orang terkasih, seolah merekapun terlihat punya andil sibuk mengatur ini itu  tapi justru kita hidup tidak untuk mereka, kita berhak dengan semua keputusan yang akan kita ambil, kita berhak menentukan jalan mana yang akan kita tempuh dalam perjuangan ini. disinilah dilema besar dalam perjalanan hidup kita, sangat tidak salah jika kita berpikir bahwa  hidup bukan untuk oranglain, tapi untuk diri sendiri.

Jika direnungkan, kita tidak tau doa siapa yang telah membuat kita sehat, sukses, melewati hidup dengan mudah dan semua jalan keluar yang ada. Kita tidak tau itu do'a-do'a siapa, masihkah bersikap jumawa?
Tentu dengan segala keputusan yang ada, meskipun pada akhirnya kita berat untuk mengambil keputusan tersebut karena tekanan di luar diri kita lebih besar dan berisiko tinggi, maka mudah-mudahan keputusan yang berat yang sudah kita ambil atas dukungan dari luar semoga memberikan kebaikan yang lebih besar pula itu semua tidak lain hanya ingin membuat semua menjadi baik-baik saja, meskipun kita sendiri hancur. Janji Allah itu pasti,  siapa yang tidak percaya ini bagi orang yang beriman yang penuh dengan pengharapan tentunya ia akan selalu percaya pada janji-Nya.

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)
Kita memang tidak hidup untuk oranglain, Tapi untuk diri kita sendiri karena sebaik-baiknya manusia adalah ia yang memberikan banyak manfaat bagi oranglain.
Jika kita tidak punya harta maka kita punya ilmu, jika kita tidak punya harta dan ilmu maka kita punya tenaga dan jika kita tidak memiliki semuanya maka kita memiliki diri kita sendiri untuk bisa membuat banyak orang tersenyum bahagia. Awalnya mungkin akan sulit tapi itu justru ladang untuk kita tetap rendah hati, Sungguh Allah Maha Melihat dengan segala pengorbanan yang kita pebuat untuk oranglain.

Wallahu A'lam Bishawab

Friday 24 February 2017

Kepercayaan atas dasar cinta dan kesetiaan adalah seperti cermin

Memutuskan untuk tidak hidup sendiri adalah bukan perkara mudah, banyak yang akan kita korbankan tapi itu bukanlah permasalahanya karena jika kita cinta ia pasti akan berkorban. Cinta itu tidak ada yang sederhana karena ia selalu berdampingan dengan kesetiaan denganya cinta selalu tampak mewah. Cinta tanpa kesetiaan "TIDAK ADA".
Jika berbicara tentang pasangan, cinta dan kesetiaan tentu kita tidak bisa melewatkan pengkhianatan. Engkau tau, berapa banyak kekuatan yang dikumpulkan seseorang untuk bisa kembali utuh dari sebuah pengkhianatan yang telah dilakukan oleh pasangannya? bukan hidup yang mudah untuk dijalani saat kita mengetahui ia yang kita sebut sebagai cinta kita yang selalu di agungkan berkhianat dengan mudahnya. Kita mungkin bisa memaafkanya tapi tidak bisa memberikan kesempatan untuk orang yang telah berkhianat. Jikapun memberikan kesempatan yang sama, maka jangan harapkan akan utuh seperti saat pertama. 

Engkau pernah melihat cermin?
Indah bukan saat melihatnya, apalagi saat kita berdiri didepannya ia pun berdiri dengan tegaknya kita melihat seolah kita juga hidup di dalamnya, menirukan gerakanya, tertawa, menangis bahkan kadang tertawa sambil menangis sekaligus. Tapi saat ia memecahkanya maka tidak akan pernah utuh lagi bahkan mustahil engkau bisa berdiri di depanya seperti saat pertama.  Seperti itulah kepercayaan yang dibangun dengan penuh Cinta hidup, menjadikan kita juga hidup di dalamnya.  Kepercayaan atas dasar cinta dan kesetiaan adalah seperti cermin, karena kita selalu bisa bercermin pada yang lainya agar selalu diingatkan bahwa yang salah itu salah dan benar itu adalah benar, darah, keringat, sakit dan letih semua itu kita yang merasakan tidak ada yang bisa menggantikanya, kita berperan dengan peranan masing - masing tapi kita selalu punya cermin untuk bisa melihat diri kita sendiri.






Wednesday 22 February 2017

Tidak ada pilihan yang tersisa dalam kehidupan kita, selain hanya diri kita sendirilah pilihanya.

Kadang hidup memang lebih sering berisi apa yang tidak kita inginkan, dan kita seakan - akan dipaksa masuk kedalamnya, merasa tak punya pilihan, hingga satu - satunya pilihan yang tersisa adalah diri kita sendiri. Tapi dari semua hal yang kita jalani pasti selalu ada hal yang lebih baik, sukar memang dan bukan perkara mudah tapi apapun itu semoga kita termasuk orang - orang yang pandai dalam berdamai dengan diri sendiri.

Faktanya ini bukan tentang apa dan siapa kita dihadapkan, semua itu seringkali tidak begitu berpengaruh justru yang menjadikan semua itu terasa sulit adalah diri kita sendiri. Kita cenderung terpaku dan sulit menerima baik keadaan ataupun orang yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Tapi, apakah kita harus menolaknya? atau bahkan menerimanya? keputusan inilah yang sebenarnya akan memberikan perubahan besar dalam kehidupan kita. Lagi - lagi kembali pada diri kita sendiri, saat kita berdamai mungkin kita akan lebih mudah menjalaninya tapi saat kita sulit untuk berdamai maka semua hal yang kita jalani secara terpaksa akan semakin berat dan perlahan tapi pasti ia akan membunuh diri kita sendiri. 

Tidak perlu terburu - buru untuk memutuskanya karena faktanya kita perlu perenungan yang mendalam, petunjuk dari sang maha atas semua do'a - do'a yang kita rapalkan dalam setiap sujud - sujud panjang disepertiga malam, beristirahat sejenak untuk memulai dan berjuang dengan semua keputusan yang telah kita ambil. ini mungkin adil yang menyakitkan ; ia boleh diam tanpa memberi petunjuk, tapi ada juga hati yang bersiap pergi tanpa mengangkat telunjuk.

Tidak ada pilihan yang tersisa dalam kehidupan kita selain hanya diri kita sendirilah pilihanya, karena sejatinya orang yang beruntung ialah mereka yang mampu menerima diri sendiri. Mencintai tubuhnya dan merawat tabahnya. Apapun bentuknya kita hanya akan selalu belajar untuk berdamai sampai kita menjadi seseorang yang mahir semakin di asah maka semakin tajam semakin merunduk dan semakin bersyukur. Tak ada yang sia - sia selama kita berdamai dengan diri kita sendiri atas semua hal yang telah di hadapkan dan ditetapkan. Pilihanya hanya satu yaitu KITA BAHAGIA.

Berkaca dari perjalanan ke Negeri Gajah Putih

Berbicara perjalanan 3 bulan yang lalu ke negeri sebrang Negeri Gajah Putih 5 hari cukup membuat lelah segala - galanya (termasuk isi dompet) haha.. tapi saya tidak akan membahas isi dompetnya karena itu sudah menjadi sebuah resiko, saya hanya akan berbicara apa yang kita dapatkan dari perjalanan ini.

Dimulai dari sini take off dari Jakarta jam 6:55 sampai disana 10:45 lumayan seperti perjalanan naik kereta dari jakarta ke bandung, tak ada yang berbeda disana masih satu langit yang sama panas seperti jakarta, tatanan kota yang hampir mirip yang membedakan hanya disana lebih bersih dan sedikit maju dari negeri sendiri (ini tugas kita sebagai anak bangsa ya, untuk bersaing memajukan negeri sendiri !). Terlepas dari itu semua yang saya suka dari negeri gajah putih ini adalah mereka kental dengan tradisi menjaga dengan sebaik - baiknya. perjalanan kesana bertepatan dengan upacara peringatan kematian Raja Thailand, dari semua sudut kota berkumpul di satu titik ditengah - tengah kota , mereka berdo'a dan membagi - bagikan  bunga, makanan, snack, minum dan buah - buahan secara gratis disepanjang jalan kepada seluruh masyarakat yang hadir ataupun hanya sekedar lewat termasuk kepada kami pada saat itu yang notabene memakai jilbab tapi mereka tetap tersenyum dengan ramah (kami hanya mengambil minum dan buah - buahan saja yang pastinya sudah halal).

Di negeri ini muslim menjadi minoritas, dihari pertama lebih sulit mencari mesjid karena kami belum menguasai medan disana, hanya bermodal google map yang terkadang jalanya membawa kami terasa sangat rumit dan lelah tentu dalam kondisi seperti ini marah lebih mudah datang sampai dihari pertama kami memutuskan kembali ke hotel untuk mengerjakan shalat karena tak kunjung menemukan mesjid sampai waktu hampir habis. Selain mesjid yang sulit ditemukan di negeri ini, makanan menjadi urutan kedua yang sulit ditemukan. Mencari mesjid dan mencari makanan halal sama lelahnya kami harus berjalan berkilo kilo meter untuk mencapainya ujung - ujungnya kalau tidak junk food ya makanan india yang menjadi pilihan terakhir saat perut sudah tidak bisa berkompromi lagi. Tentu saja citarasa makanan nya pun menyesuaikan dengan lidah mereka tapi setidaknya masih bisa kami telan.

Berwisata ke banyak tempat mulai dari The Grand Palace,Wat Arun (Temple of Dawn), Wat Arun - Central Pier, Central Pier - Asiatique, Asiatique Night Market, Pattaya, Buddha Mountain, Silverlake, Madam Tussaud dan terakhir ke Chatuchack Weekend Market. dari semua tempat yang dikunjungi jangan berharap semua berbau religi karena muslim disini minoritas jadi lebih banyak kuil - kuil yang dikunjungi tapi tentunya selain pengalaman ada banyak pelajaran yang bisa penulis ambil. Bertemu mesjid dan bertemu sesama muslim disana sensasinya sangat berbeda jauh dan hanya akan bisa dirasakan oleh orang - orang yang sedang dalam perjalanan.

Hikmahnya adalah : dari semua perjalanan terkadang kita tidak sadar bahwa kita seharusnya lebih banyak bersyukur diberikan usia dan kesempatan untuk bisa memetik banyak pelajaran dari semua yang ditemukan. Di dalam hidup ini terkadang kita selalu berlaku egois mementingkan diri sendiri nyatanya dalam kehidupan kita selalu membutuhkan orang lain. Silaturahmi dan pertemanan yang harus selalu dijaga, belajar mengontrol emosi dalam setiap keadaan. Disini seyogya nya kita lebih bersyukur bisa merasakan nikmatnya beribadah dengan mudah, makan dengan mudah tanpa harus memilah - milah berjalan berkilo kilo meter jauhnya untuk mencari yang halal, menikmati udara segar tanpa bau aroma yang tak sedap (babi). Terkadang dengan kemudahan - kemudahan yang telah diberikan oleh sang maha kita cenderung sering melewatkan hal - hal kecil yang sebenarnya itu bermakna besar.

Thursday 2 February 2017

Profesi membuat kita bertanya masih adakah kebaikan yang tulus?


Hari ini adalah hari yang luar biasa bukan karena hanya dapet undangan nonton galapremier salah satu film terbaik indonesia tetapi juga karena bisa bertemu dengan orang - orang luar biasa, berbagai karakter saya temukan disana senang sekali memperhatikan mereka. Tetapi perhatian saya terpecah ketika ada sang pemilik datang menghampiri kemudian kami mengobrol. Dalam pandangan mata manusia Beliau kaya dalam ukuran materi banyak uangnya itu sudah pasti karena beliau termasuk orang yang sukses didunia kepenulisan tapi saya kagum meskipun begitu beliau tetap terlihat bersahaja pakaiannya sederhana, ramah pada orang baru dan tetap tulus pada orang - orang lama yang ada disekelilingnya, itu terpancar jelas bukan dibuat - buat untuk pencitraan. Siapa yg tidak mengenalnya bahkan semua orang mengenalnya tapi beliau paham kekayaan yang sebenarnya justru bukan pada apa yang sudah beliau dapatkan selama ini tetapi ada pada hatinya. Itulah hakikat kekayaan yang sesungguhnya.

Dalam perbincangan kami selama kurang lebih 20 menit dimeja panitia tapi cukup membuat saya tertegun berpikir ulang. Percakapan kami dimulai dari siapa nama, orang mana dan sedang apa dijakarta (selain nonton galapremier hari ini) kami berbicara membahas banyak hal tapi seketika hening saat kami berbagi pengalaman tentang pekerjaan kami. Kuperkenalkan pekerjaanku saat ini, kemudian beliau diam sebentar mengambil jeda untuk mulai melanjutkan percakapan. Beliau bilang bila bekerja dikeuangan sebenarnya enak tidak terlalu ribet dan juga pasti orang - orang akan bersikap baik pada kita tetapi juga disana ada konsekuensi yang sangat besar ini adalah amanah dan yang lebih repotnya lagi saat kita bekerja dibagian ini kita sukar membedakan mana yang tulus dan mana yang tidak tulus. Suatu saat kamu akan bisa membedakan mana orang yang benar - benar tulus dan mana yang hanya mengambil keuntungan darimu. 
 
Kamu jangan salah dikota ini mungkin 1 dari 1000 orang yang benar - benar tulus berteman denganmu yang sudah kamu temui. Kenapa? karena semua orang akan pamrih disini, di dalam mungkin terlihat manis tapi setelah kamu keluar kamu sendiri akan merasakanya bahwa perjuangan ini sebenarnya sunyi dan sukar. Bukan hanya itu semua terlihat saat kamu jatuh saat kamu berada dalam kesulitan itu akan semakin terlihat jelas bahkan bisa di itung jari siapa yang benar - benar denganmu. Itu hal biasa dalam perputaran kehidupan ini saya sudah mengalami banyak hal dan sekarang saya bagikan nasihat ini pada kalian sebagai anak muda. Untuk apa? Supaya kalian lebih peka dan jika memang semua yang saya katakan ini benar maka teruslah berbuat baik, bersikap ramah menjadi dirimu sendiri yang tidak memandang apapun jika memang itu benar karena hidup ini adalah timbal balik. 

Kita mungkin tidak terlihat kaya, sedikit ilmu tidak gaya atau tidak gaul, tidak cekatan atau kurang bekerja keras seperti mereka atau kita terlihat seperti pemalas tak apa itu adalah prasangka mereka terhadap kita, karena sejujurnya kita tidak memerlukan pandangan mereka seperti apa pada kita yang penting itu kita tidak mempunyai perangai demikian itu jauh lebih bijaksana. Ingat hidup itu timbal balik. Kemudian beliau pergi pamit meninggalkan meja untuk menyambut tamu - tamu yang lain yang baru datang.

Setelah mendengar saya tak berkomentar hanya mendengarkan nasihat dan pengalaman hidup beliau berfikir ulang ini pelajaran penting bukan hanya untuk saya tapi untuk kita semua. Kita memang tidak pernah tau mana yang tulus atau mana yang tidak tulus hanya sang "Maha" yang mengetahui segala. Apapun yang kita hadapi ini adalah sebagai konsekuensi hidup semoga kita menjadi mahluk yang paling manusiawi dalam bersikap, bertindak, berbicara dengan sesama.

Friday 20 January 2017

Jangan Marah, oranglain layak menerima prilaku dan ucapan baikmu !

Terkadang kita selalu terlambat untuk belajar dari semua kesalahan, kita tidak tahu berapa banyak orang yang tidak bersalah tapi tergores hatinya karena prilaku dan ucapan kita saat kita sedang marah , kesal  dan saat kita sendiri tidak mampu mengendalikan diri kita sendiri.
Haruskah seperti itu?
Manusia macam apa kita? 
Sehingga selalu oranglain yang menjadi sasaran kemarahan kita, tak mau belajarkah, mungkin kita marah atau kesal bukan sekali, saya tahu mungkin sering tapi pantaskah oranglain yang harus menerima sikap dan ucapan buruk kita, itu tidak adil rasanya. Bahkan agama juga mengajarkan kita dengan detail saat kita berada pada situasi ini. Dan jika memang harus marah, marahlah, jika memang kesal, kesalah tapi saat sedang demikian menyepilah selamatkan dirimu sendiri sebelum oranglain yang tidak bisa membaca situasimu yang datang dengan penuh keriangan atau kepedulian yang besar kepadamu menjadi sasaran kemarahan dan kekesalanmu. 
Belajarlah selalu dari kesalahan, karena kita adalah pembelajar sejati. 
Hidup di dunia ini bukan hanya soal kita menjadi baik atau menjadi buruk tapi soal bagaimana kita bersikap kepada kebaikan dan keburukan itu.
 

Tuesday 17 January 2017

Tentang Kamu

Tentangmu laki - laki yang mereka sebut biasa,
namun sangat istimewa
entah apa yang kau bisikan pada hujan
hingga tiap tetesnya hanya tentangmu yang terdengar.
entah apa yang kau bisikan pada  tanah
hingga tiap langkahku hanya tertuju padamu.

Tentangmu laki - laki  yang mereka sebut biasa,
namun sangat istimewa
aku tak pernah berani menitipkan hatiku pada siapapun
denganmu aku percaya engkau bisa menjaganya dengan utuh
seperti mentari pagi yang selalu memberikan kehangatan
seperti malam yang selalu memberikan ketenangan

Tentangmu laki - laki yang mereka sebut biasa,
namun sangat istimewa
seperti sajak dan puisi nadaku beralun
tak ada kata yang tepat yang bisa menggambarkan dirimu
saat mereka berkata engkau biasa aku justru hanyut
menatap bintang - bintang dimata cokelatmu
bagaimana aku bisa berpaling sedang tujuanku ada didepanku

Tentangmu laki - laki yang mereka sebut biasa,
namun sangat istimewa
aku dan engkau adalah cinta yang tak pernah selesai.
sampai waktu berubah menjadi debu
terbang melintasi imaji tak terbatas. Selamanya.

(Jakarta, 17 Januari 2017)

Friday 13 January 2017

Sepi dikedalaman jiwa

Aku telah lama mengakrabimu
bersenandung untuk memecahmu
bergurau untuk mengusirmu
menenggelamkanmu di samudera kedalaman.
Aku tak mendambamu
Telah kukunci kau didalam jeruji
agar kau tak  merangsek masuk di keheningan jiwa
atau

pergilah ke taman sebelah
agar mereka tak gaduh dibalik batu - batu yang menancap tajam itu.
aku tak mendambamu sungguh aku tak ingin melihatmu
pergilah, jangan kembali ke berandaku
aku ingin bunga - bunga tumbuh, jangan kau siram dengan hujan debu
yang mematikan.

Meski kau mengirimkan bau tubuhmu lewat samudera
memanggilku dengan rintihan yang memekikan telinga
aku tak akan menolehmu
karena, telah kularungkan engkau bersama serbuk kenangan
yang telah aku sapu bersama angin.

(Jakarta, 13 Januari 2017)






Thursday 12 January 2017

Aku yakin hatimu tak sekeras pikiranmu.

Hari ini aku akan mengajakmu untuk mencintai kehidupanmu sendiri, kehidupan kita yang sedang kita jalani saat ini. Terkadang tanpa sadar kita begitu keras pada diri kita sendiri, tak sadarkah bahwa sebenarnya ia lelah? kita memaksanya untuk terus melakukan apa yang telah pikiran perintahkan pada kita, tak mau kah engkau melibatkan hati didalamnya?..
Aku yakin hatimu tak sekeras pikiranmu. 

Kita begitu gila menyelesaikan banyak hal, memaksa untuk meraih banyak hal, memaksa dirimu untuk terus bekerja melakukan semua hal, mengambil jalan yang sulitpun engkau lakukan, merangkak, menangis dan selalu ada alasan jika  berhenti maka akan gagal, jika berhenti maka semua akan berantakan. Duduklah sebentar, ambilah nafas perlahan dan rasakanlah bahwa nafas itu begitu berat, ia sebenarnya memberitahu kepadamu sebelum semua organ yang lain menolak semua perintahmu.  

Tak sadarkah bahwa diri kita sendiri sudah menampung banyak beban, beban kehidupan kita sendiri, beban keluarga atau bahkan oranglain yang kita perduli terhadapnya. tak maukah engkau sedikit berbaik hati pada dirimu untuk sejenak beristirahat dan menikmati prosesnya dengan perlahan.  Terkadang kita selalu memilih jalan sulit dan menekan diri kita sendiri hanya karena kita merasa penting untuk meraihnya, mengerjakannya atau bahkan memilikinya. Memang terkadang kita merasa perlu menghukum diri kita sendiri, tapi untuk apa?..
kenapa kita tidak memilih jalan yang mudah? apa salahnya, apalagi diri kita sendiri belum siap untuk mengambil jalan yang demikian itu.

Cintai kehidupanmu, cintai dirimu sendiri karena tidak akan ada yang perduli pada dirimu selain dirimu sendiri. Fisik kita boleh dilindungi oleh orang - orang yang terdekat kita, orang - orang yang perduli pada kita , tapi di dalam tidak akan ada yang bisa menjangkaunya kecuali dirimu sendiri. 
Semua hal yang sulit akan membesarkan hati, mengokohkan tubuh kita jika kita mencintai kehidupan kita. Kita boleh dihadapkan pada ujian yang sulit, memilukan membuat kita tergugu menangis saat mengenangnya, membuat kepala ingin pecah saat memikirkanya tapi kita jangan lupa untuk mencintai dirikita dan kehidupan kita kita sendiri selama kita melakukannya dengan baik semua hal yang menyakitkan sekalipun akan semakin mengokohkan kita. 


Wednesday 11 January 2017

Kosong

Aku menatap dalam layar itu, kertas kosong belum terisi, 
aku telah kehilangan insipirasi, imajinasiku kosong 
tak ada yang tersisa. aku tak tahu, apa yang harus kutuliskan 
entah apa yang terjadi terkaanku tak sampai  hingga mendesing sepi.
Aku hampir menyerah pada pendar yang telah tergambar, 
jemariku tak mampu menuliskanya hampir menyerah, namun layar itu seolah berkata :
"tuliskanlah, Aku tau engkau memendamnya begitu dalam". 

Kerinduan itu dalam mengusik, menelisik sampai pada 
titik yang tak mampu ku jangkau.
Engkau yang selalu ada dalam benak tak pernah beranjak.
Selalu mengusiku, tak lelahkah atau engkau menungguku 
untuk menyerah pada jarak?
Telah kubutakan mataku agar aku tak melihatmu dalam bayang, 
telah kutulikan telingaku agar aku tak mendengarmu dalam setiap jeda waktu
dan telah kubungkam mulutku agar aku berhenti berkata.

Nyatanya bagaimana bisa aku memendamnya begitu lama ia seperti jutaan sel kanker
terus menjalar merusak semua bagian hingga sang pemilik rubuh. 
haruskah engkau melihatnya dalam kondisi demikian? 
limbung kehilangan segala, aku menyerah.
biarkan waktu memeluk bisu dibatas senja
aku telah sampai padanya pada titik dimana ketabahanku seperti matahari
tatkala menumbuhkan bunga di nadi sunyi.
  

Jakarta, 11 Januari 2017.


Tuesday 10 January 2017

Karena hidup bukan hanya tentang ujian tetapi tentang kesyukuran.



Sesuatu  yang utuh itu belum tentu kokoh, yang lengkap tidak menjamin kuat. Kekuatan, kekokohan ada pada keikhlasan (Sep 26, 2012. SRR).

Tangis, marah, kecewa, sedih, menyesal, bahagia, tersenyum. Setiap waktu perasaan kita di aduk - aduk dengan banyak hal ujian  kehilangan, keutuhan, kepergian, kerumitan, kekokohan, kegagalan semua "Dia" ujikan untuk kita. 
Tenanglah, aku tahu ini tidak mudah tapi bukan berarti sulit bukan, karena kita tidak pernah sendiri. Bala bantuan selalu "Dia" berikan untuk kita lewat pintu mana saja.

Jika kita mau renungkan hidup ini selalu penuh teka teki tak terduga, lagi - lagi kita hanya bisa berencana dan bermimpi tetapi tetap saja "Sang Maha" yang menentukan. Manusiawi saat kita merencanakan kebahagiaan keluarga, memimpikan kesuksesan kita dimasa depan atau bahkan memimpikan kebahagiaan di setiap jengkal nadi kehidupan kita. Jangan menyerah, jangan putus harapan perbanyaklah bermunajat kepada-Nya. Disini kita semua sedang berjuang untuk hidup, berjuang untuk semua mimpi - mimpi kita, berjuang untuk orang - orang yang selalu kita kasihi.

Ku katakan, tetap tenanglah..
Tak ada yang tak bisa diselesaikan sekalipun itu rumit untuk kita urai atau bahkan sebenarnya sangat sederhana gulunganya tapi lagi - lagi tak mampu kita urai. Tenanglah, mungkin itu bukan bagian kita, ada "Dia" yang selalu disisi, dan ini adalah bagianya. Kita hanya bisa menunggu sampai itu benar - benar terurai terang benderang sambil kita berfocus pada apa yang akan kita lakukan selanjutnya bukan pada apa yang telah "Dia" ujikan pada kita.

Karena, ujian adalah untuk mendewasakan kita, menempa kita semakin kuat agar kita kuat dimasadepan, karena engkau tidak tahu seberapa lebih rumit, menyakitkan bahkan menyesakan lagi ujian yang akan kita lewati nanti. Perkuatlah !