Wednesday 27 December 2017

Ada luka yang tidak bisa disembuhkan oleh Waktu

Jika berbicara tentang luka, luka pada fisik akan mudah disembuhkan meskipun pasti selalu akan ada bekasnya, tak apa karena sudah tak terasa lagi sakitnya namun saat melihat bekas luka tersebut pikiran kita akan otomatis bekerja merekam detik demi detik kejadian yang menyebabkan fisik kita terluka. 
Berbeda dengan luka hati ada pepatah mengatakan "Waktu akan selalu berbaik hati untuk mengobati hati yang telah luka" itu mungkin tidak berlaku bagi beberapa orang yang telah mendapatkan luka batin yang mendalam juga luka kekerasan secara psikologis yang telah dilakukan oleh orang lain terutama orang-orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga. 
Luka dalam yang terjadi pada seseorang secara terus menerus akan menyebabkan trauma tersendiri dalam dirinya sehingga terprogram dalam pikiran dan hatinya, berbagai jenis penolakan hingga keinginan yang tidak mampu diwujudkan oleh pihak lain juga mempengaruhi luka itu sendiri yang pada akhirnya berimbas pada prilaku karena prilaku itu hadir dari pikiran dan hati hingga terrealisasikan menjadi gerak tubuh.

Itu sebabnya banyak orang-orang yang bermasalah dengan oranglain atau lingkunganya bukan karena mereka sepenuhnya bersalah tapi karena sebenarnya ia sendiri bermasalah dengan dirinya sendiri. Luka yang ada  akan sulit disembuhkan bahkan oleh waktu, perlu beberapa tahun mungkin berpuluh tahun untuk bisa memaafkan dan mengobati hatinya sendiri. Mereka sebenarnya memerlukan kita yang secara sadar telah menyadarinya bahwa ada yang keliru dalam dirinya untuk bisa membantu, namun sayangnya ia sendiri  tidak menyadari bahwa dirinya sedang membutuhkan oranglain.
yah begitulah memang melihat orang lain itu justru lebih mudah, dibandingkan melihat diri kita sendiri itu kenapa kita selalu memerlukan oranglain untuk bisa selalu membantu kita.

Setelah ini siapa yang akan disalahkan?
Pihak mana yang menjadi prioritas penyebab kenapa terjadi hal demikian?
Tidak, tidak lagi ada yang perlu disalahkan ini adalah pelajaran.Kita memang tidak bisa mengatur oranglain untuk berbuat apa terhadap kita, selain kita menjaga diri sendiri untuk tidak berbuat yang menyebabkan melukai oranglain baik secara fisik ataupun secara psikis antar keluarga, baik orangtua terhadap anak ataupun sebaliknya.

Dalam kehidupan ini kita selalu belajar ilmu ikhlas dan sabar untuk beberapa orang mungkin akan lebih mudah melaluinya tapi untuk beberpapa orang juga akan sulit menjalankannya. Kita tidak tahu ikhlas dan sabar itu seperti apa bentuknya, baunya bahkan bunyinya tapi kita selalu tahu dari mana semua itu berasal.  

“Jangan pernah mematahkan dan melukai hati seseorang karena mereka hanya punya satu. Patahkan saja tulangnya, mereka punya 206 dalam tubuhnya!” –Jay Von Monroe

Jakarta, 12 Desember 2017
Halim Perdana Kusuma, Renti Susanti.