
Dalam
perbincangan kami selama kurang lebih 20 menit dimeja panitia tapi cukup membuat saya tertegun berpikir ulang. Percakapan kami dimulai dari siapa nama, orang
mana dan sedang apa dijakarta (selain nonton galapremier hari ini) kami
berbicara membahas banyak hal tapi seketika hening saat kami berbagi
pengalaman tentang pekerjaan kami. Kuperkenalkan pekerjaanku saat ini,
kemudian beliau diam sebentar mengambil jeda untuk mulai melanjutkan
percakapan. Beliau bilang bila bekerja dikeuangan sebenarnya enak
tidak terlalu ribet dan juga pasti orang - orang akan bersikap baik pada
kita tetapi juga disana ada konsekuensi yang sangat besar ini adalah
amanah dan yang lebih repotnya lagi saat kita bekerja dibagian ini kita
sukar membedakan mana yang tulus dan mana yang tidak tulus. Suatu saat
kamu akan bisa membedakan mana orang yang benar - benar tulus dan mana
yang hanya mengambil keuntungan darimu.
Kamu jangan salah dikota ini
mungkin 1 dari 1000 orang yang benar - benar tulus berteman denganmu yang sudah kamu temui.
Kenapa? karena semua orang akan pamrih disini, di dalam mungkin terlihat
manis tapi setelah kamu keluar kamu sendiri akan merasakanya bahwa
perjuangan ini sebenarnya sunyi dan sukar. Bukan hanya itu semua terlihat saat kamu
jatuh saat kamu berada dalam kesulitan itu akan semakin terlihat jelas
bahkan bisa di itung jari siapa yang benar - benar denganmu. Itu hal
biasa dalam perputaran kehidupan ini saya sudah mengalami banyak hal dan
sekarang saya bagikan nasihat ini pada kalian sebagai anak muda. Untuk
apa? Supaya kalian lebih peka dan jika memang semua yang saya katakan
ini benar maka teruslah berbuat baik, bersikap ramah menjadi dirimu
sendiri yang tidak memandang apapun jika memang itu benar karena hidup ini
adalah timbal balik.
Kita
mungkin tidak terlihat kaya, sedikit ilmu tidak gaya atau tidak gaul,
tidak cekatan atau kurang bekerja keras seperti mereka atau kita
terlihat seperti pemalas tak apa itu adalah prasangka mereka terhadap kita, karena sejujurnya kita tidak memerlukan pandangan mereka
seperti apa pada kita yang penting itu kita tidak mempunyai perangai
demikian itu jauh lebih bijaksana. Ingat hidup itu timbal balik. Kemudian beliau pergi pamit meninggalkan meja untuk menyambut tamu - tamu yang lain yang baru datang.
Setelah mendengar saya tak berkomentar hanya mendengarkan nasihat dan pengalaman hidup beliau berfikir ulang ini pelajaran penting bukan hanya untuk saya tapi untuk kita semua. Kita memang tidak pernah tau mana yang tulus atau mana yang tidak tulus hanya sang "Maha" yang mengetahui segala. Apapun yang kita hadapi ini adalah sebagai konsekuensi hidup semoga kita menjadi mahluk yang paling manusiawi dalam bersikap, bertindak, berbicara dengan sesama.
Yes, i agree...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete